Ilustrasi. Foto: MI/Ramdani.
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami pelemahan.
Mengutip data Bloomberg, Jumat, 15 September 2023, rupiah dibuka di level Rp15.375 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 20 poin atau setara 0,13 persen dari Rp15.355 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah berada di level Rp15.369 per USD, turun 20 poin atau setara 0,13 persen dari Rp15.349 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah pada perdagangan di sepanjang hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Meskipun begitu, mata uang Garuda tersebut akan ditutup menguat.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.330 per USD hingga Rp15.400 per USD," ungkap Ibrahim dikutip dari analisis harian.
Baca juga: Menko Airlangga: Indonesia Negara Extraordinary
Pantau kebijakan Bank Indonesia
Ibrahim menyampaikan, para pelaku pasar terus memantau kebijakan Bank Indonesia (BI) mengenai perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global, yang masih tumbuh kuat ditopang oleh konsumsi masyarakat serta permintaan domestik.
"Hal ini perlu dijaga dengan memperluas sumber-sumber perekonomian domestik, termasuk dukungan dari sektor keuangan khususnya kredit perbankan," papar dia.
Pasalnya, dari sisi ekspor, Indonesia sudah mengalami penurunan dikarenakan perekonomian Tiongkok yang melemah di mana mayoritas ekspor RI ditujukan ke Tiongkok.
Tantangannya ke depan, sebut Ibrahim, bagaimana agar momentum
pertumbuhan ekonomi pascacovid dapat terus terpelihara di tengah melambatnya ekonomi Tiongkok yang berdampak terhadap melemahnya ekspor. Ini terlihat dari turunnya harga-harga komoditas.
"Dalam hal ini, BI memperkuat stimulus kebijakan makroprudensial untuk mendorong pertumbuhan kredit atau pembiayaan perbankan melalui implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) bagi perbankan," terang dia.
Diketahui, kredit perbankan pada Juli 2023 tercatat sebesar 8,54 persen, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 7,7 persen. Namun, penyaluran kredit masih perlu didorong agar sesuai dengan upaya dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
"Untuk itu, BI melakukan penguatan stimulus bagi perbankan dengan menerbitkan kebijakan insentif makroprudensial, yang mana akan menambah insentif likuiditas bagi perbankan sebesar Rp158 triliun yang sebelumnya sebesar Rp108 triliun," tutup Ibrahim.